Cloud in Candy
ABOUT ENTRY LINKS TWITER FACEBOOK TUMBLR
Cerita Rumah Sakit Jiwa
Sabtu, 24 Agustus 2013 • 21.07 • 0 comments
aaaa maaf banget baru ngepost setelah berbulan bulan lamanya, aku lagi disibukkan sama ujian kenaikan kelas, belajar belajar dan belajar terus. nah sekarang aku udah kelas 9 nih, he he he. oke, berhubung aku udah lama nggak ngepost yang ngeri ngeri, nih sekarang aku tulis tentang yang horor horor

Rumah sakit jiwa dirancang untuk merawat, memfasilitasi dan menyembuhkan para pasien penderita penyakit kejiwaan. Sayangnya, metode yang dipakai di saat itu juga masih metode primitif yang sama sekali nggak manusiawi. Akhirnya banyak bekas bangunan rumah sakit jiwa yang menyimpan sejarah kelam dan menyeramkan, seperti beberapa rumah sakit jiwa berikut.

Byberry Mental Hospital
Dibuka tahun 1907, RS jiwa ini terletak di Philadephia, Amerika Serikat. RS ini punya masalah kebanyakan pasien. Pasien terus membludak, sementara fasilitas RS tidak bertambah. Dukungan dana yang cuma sedikit membuat para pasien di RS ini tidak mendapat pelayanan yang layak. Mereka sering terlihat telanjang (karena nggak ada cukup dana untuk membelikan baju), kelaparan dan tidur di lorong lorong RS. Apalagi para pasien ini juga sering memukuli satu sama lain, sehingga sering terjadi kasus kematian dan bunuh diri.
Byberry Mental Hospital kemudia ditutup tahun 1990 dan sejak saat itu RS ini jadi tempat favorit para kriminal, anggota geng, bahkan perkumpulan pemuja setan. Di sinilah mereka sering bersembunyi, berkumpul atau melakukan ritual pemujaan. Suara suara aneh sudah jadi hal lazim di sini. Ada juga nih urbang legend yang bilang bahwa sebenarnya masih ada pasien sakit jiwa yang bersembunyi di lorong bawah tanah bangunan. Si pasien  ini mempunyai pisau besar dan nggak segan segan menggorok leher siapa pun yang ia temui di lorong tersebut.

Danvers State Lunatic Asylum
Di Danvers, Massachussets Amerika Serikat terdapat sebuah RS jiwa bernama Danvers State Lunatic Asylum yang beridiri sejak tahun 1878. Karena terletak di atas perbukitan Hawthorne Hill, kita bisa melihat pemandangan pedesaan yang cantik sejauh mata memandang. Namun, sejarah RS jiwa ini nggak seindah pemandangannya.
RS jiwa ini dikenal dengan sebutan "witches castle on the hill', karena dulu Danvers sebenarnya adalah Salem Village, yaitu desa tempat perburuan para penyihir. Terlebih lagi, di tempat bangunan RS jiwa ini sekarang berdiri, ternyata dulunya adalah lokasi rumah Johnathan Hawthorne, yaitu salah satu hakim paling fanatik dan paling kejam terhadap para penyihir. Makanya bangunan RS jiwa ini dikenal sebagai witches castle alias kastil penyihir.
Pada saat awal awal dibangun, RS jiwa ini sebenarnya punya reputasi bagus. Tapi seiring waktu berjalan, mulai muncul berbagai masalah. Pasien semakin banyak, sementara nggak tersedia cukup dokter dan perawat. Biaya perawatan pasien pun semakin mahal, padahal RS jiwa ini hanya diberi sedikit subsidi oleh pemerintah. Contohnya, sekitar tahun 1940-an, terdapat lebih dari 2600 pasien, padahal gedung ini cuma mampu menampung 600 orang pasien saja, akibatnya proses penyembuhan pasien pun memburuk dari hari ke hari. Bahkan ada yang bilang kalau di sini nggak banyak berbeda seperti di death camp NAZI.
Berbagai metode penyembuhan dilakukan di sini. Mulai dari shock treatment, shock teraphy sampai lobotomi (pembedahan otak). Saking banyaknya percobaan, sampai sampai di sinilah tempat prosedur lobotomi disempurnakan. Untuk mengontrol para pasien yang sedang kambuh, perawat melakukan elctric shock teraphy dimana mereka menyetrum si pasien hingga mereka pingsan.
Selain itu pasien juga nggak mendapat pengawasan memadai. Mereka biasanya dikurung sendirian di satu kamar berukuran kecil. Pasien lain yang nggak dikurung bisa berkeliaran bebas di dalam gedung. Tapi, mereka pun nggak banyak beda seperti mayat hidup yang berjalan tak tentu arah, atau membentur benturkan kepalanya ke tembok. Saking parahnya situasi ini, sering ada kejadian jika ada pasien yang meninggal, maka baru akan diketahui berhari hari setelahnya.
Sekarang di lokasi atas bukit tersebut sudah berubah menjadi apartemen, karena RS jiwa ini ditutup tahun 1992. Tapi, masih sering ada hal hal aneh terjadi di apartemen tersebut. Misalnya lampu yang suka menyala mati sendiri, suara langkah kaki, pintu yang tiba tiba menutup atau membuka sendiri, hingga penampakan.

Trenton Psyclatric Hospital
RS jiwa yang terletak di New Jersey Amerika Serikat ini menjadi terkenal saat Dr. Henry Cotton menjabat sebagai ketua RS di tahun 1907. Pada saat itu, kebanyakan RS jiwa melakukan penyiksaan fisik terhadap para pasiennya. Mereka percaya bahwa memukul dan menendang si pasien akan membuat si pasien sadar dari kegilaannya. Nah, Dr. Cotton memastikan bahwa para perawar di Trenton Psychiatric Hospital nggak melakukan hal tersebut. Ia juga rutin mengadakan rapat harian untuk membahas kondisi pasien.
Tapi sayangnya, Dr. Cotton juga punya teori berbahaya tentang penyakit jiwa. Pada tahun 1913, ditemukan fakta bahwa bakteri spirochaete (yang bisa menyebabkan sifilis) bisa menyebabkan berbagai gejala kejiwaan. Dr. Cotton jadi percaya bahwa semua penyakit jiwa disebabkan oleh infeksi bakteri dan satu satunya cara untuk menyembuhkan pasien adalah dengan 'memusnahkan' bagian tubuh di mana bakteri tersebut berada. Akibatnya, Dr. Cotton pun melakukan berbagai percobaan berbahaya.
Di tahun 1917, ia mencabut gigi para pasien meskipun hasil x-ray menunjukkan bahwa si pasien nggak terinfeksi bakteri. Lama kelamaan, Dr. Cotton mulai 'mencabuti' bagian tubuh lain, seperti empedu, sebagian usus besar, rahim dan testikel. Saking 'berdedikasinya' beliau pada eksperimen ini, ia sering melakukan operasi tanpa persetujuan keluarga pasien! Dr. Cotton mengklaim bahwa eksperimennya ini punya persentase keberhasilan sebesar 85%. Tapi pada kenyataannya, jauh lebih banyak pasien yang meninggal saat percobaan dibanding jumlah pasien yang sembuh.
Kini gedung Trenton Psychiatric Hospital masih beridiri dan masih digunakan sebagai RS jiwa. Tapi untungnya metode absurd tersebut cuma berlangsung sampai tahun 1960.

Sumber : Majalah GADIS


PASTFUTURE
MY WORDS;
,
Hi, I'm Alex. I believe in love at first sight. I love animals, sunsets, and beaches. I like listening to people talk about their lives. Welcome.



OTHERS;


LEAVE ME A 'HELLO';


BLOG ARCHIVE;


WHO SEE ME?;